Peranan Brigif-4 dalam penumpasan G30S PKI

Konten [Tampil]

Meletusnya pemberontakan  G30S PKI

Meletusnya pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang lebih dikenal dengan peristiwa Gerakan 30 September PKI di Jakarta meluas ke seluruh Nusantara. Untuk mengatasi situasi di daerah Jawa Tengah dan di daerah istimewa Yogyakarta Pangdam VII/ Diponegoro memerintahkan Yonif F Brigif 4 untuk mengadakan pengamanan.

Logo Brigif-4 Dewa Ratna

Berangkat ke Semarang

Yonif F di bawah pimpinan Mayor Soenarto pada tanggal 5 Oktober 1965 berangkat dari Gombong menuju Semarang dengan kekuatan terdiri dari Ko Yon, Kompi 1, Kompi 2, dan kompi 4
.
Dalam perjalanan ke Semarang singgah di Magelang untuk mengadakan koordinasi dengan Batalyon Kavaleri dan selanjutnya berangkat ke Semarang dengan dikawal panser. Yonif F akhirnya tiba di Semarang dengan selamat dan bertempat di Ksatrian Batalyon Infanteri 454/ Banteng Raider Semarang.

Ko Yon, Ki Ma dan Ki-A tetap berada di Semarang, sedang Kompi 2 dan kompi 4 di bawah pimpinan Kapten Muhayat menuju ke Klaten guna mengamankan eks karesidenan Surakarta dan daerah Istimewa Yogyakarta, kemudian untuk selanjutnya Ko Yon dan Kima menyusul ke Klaten.

Kompi 1 dibawah pimpinan Lettu Khusaini tetap berada di Semarang, KOKI bertempat di asrama PHI guna mengamankan instalasi-instalasi vital yang berada di Semarang dan menjaga tempat pengamanan Perwira Menengah dan Perwira Pertama ABRI yang terlibat G30S PKI.

Pimpinan Yonif F untuk selanjutnya dipegang oleh Kapten Muhayat karena Mayor Sunarto diragukan kesetiaannya, dan untuk sementara ditempatkan di Skodam VII/ Diponegoro untuk selanjutnya diamankan.

Karena situasi di daerah tugas sangat keruh maka pada tanggal 10 Oktober 1965, Kompi 3 pimpinan Sudimin diperintahkan menyusul ke daerah tugas untuk menggabungkan diri dengan induk pasukan. Selanjutnya Kompi Bantuan pimpinan Peltu Suradjiman pada tanggal 11 Oktober 1965 menyusul pula ke daerah tugas.

Yang sangat menonjol dalam tugas ini adalah pada saat pengamanan kota Solo. Yonif  F menggunakan Kartosuro sebagai garis awal. Selanjutnya Kapten Muhayat dengan beberapa orang pengawal, dan seorang pengemudi masuk kota Solo. Dan Kompi 4 di bawah pimpinan Lettu Soekarno siap di Kartosuro kota Solo dapat diamankan oleh Yonif F tanpa perlawanan.

Karena situasi di Jawa Tengah dan daerah istimewa Yogyakarta yang tidak menentu Ma Brigif 4 dengan Yonif E dan Yonif G pada tanggal 23 Oktober 1965 kembali dari Sumatera dan langsung mendarat di Semarang, selanjutnya bertugas bersama-sama Yonif F menumpas G30S PKI di daerah Surakarta (Ko Brigade berkedudukan di Solo).

Setelah situasi di daerah tugas dapat dikuasai, sementara Yonif E dan Yonif G tetap bertugas di ex Karesidenan Surakarta, Yonif F dikirim ke daerah Pekalongan pada tanggal 7 Januari 1966 untuk menggantikan Yon 454/ Banteng Raiders. Pada tanggal 14 Februari 1966 setelah menyelesaikan tugas di daerah Pekalongan, Yonif F diperintahkan untuk pelatihan indoktrinasi wilayah.

Pada tanggal 26 Februari 1966, latihan baru berjalan lebih kurang 10 hari dihentikan. Yonif F mendapat tugas untuk pengamanan ibukota, dan selanjutnya pasukan berangkat dengan kereta api menuju ke Jakarta di bawah pimpinan Kapten Muhayat.

Dalam penumpasan G30S/ PKI di daerah Surakarta berhasil ditangkap pimpinan tertinggi G30S/ PKI DN. Aidit di daerah Sambeng Solo oleh tim yang dipimpin oleh Letda Ning Prayitno kepala seksi 1 Yonif G, dan menangkap hidup hidup Ir.Sakirman oleh Yonif E pada tanggal 1 Oktober 1966.

Kisah tentang tamatnya ketua PKI DN. Aidit, seperti yang diberitakan oleh Mayjen TNI Yasir Hadibroto kepada Drs. Suryo Soemarwoto, yang dimuat dalam surat kabar Kartika dapat kita ikuti di bawah ini:

Sesudah pecah usaha perebutan kekuasaan oleh PKI terhadap pemerintah republik Indonesia yang sah, kapal yang mengangkut pasukan Brigade Infanteri-4 Divisi Diponegoro membuang sauh di  Teluk Jakarta.

Kami dilarang mendaratkan pasukan, oleh sebab itu saya, beserta beberapa orang perwira staf dengan menggunakan sekoci meninggalkan kapal itu. Pasukan yang saya pimpin itu pada waktu aksi Dwikora, ditempatkan di daerah Sumatera untuk melakukan operasi, apa yang pada waktu itu disebut sebagai aksi ganyang Malaysia.

Dari kabar-kabar yang saya himpun, saya mengetahui bahwa kaum komunis mengadakan Coup D'etat yang menamakan diri G30S, membentuk Dewan Revolusi, mendemosioner kabinet dan menuduh menuduh adanya Dewan Jenderal. Yang menjadikan saya sangat sakit hati adalah berita-berita tentang gugurnya para perwira tinggi kita diantaranya yang saya kenal baik yaitu Pak Yani. Lebih-lebih setelah saya dengar gugurnya para perwira tinggi kita itu karena dianiaya oleh orang-orang komunis yang tiada berperikemanusiaan.

Saya berbesar hati karena mengetahui bahwa yang memimpin operasi melawan orang-orang komunis itu adalah Mayor jenderal Soeharto, yang dulu juga pernah menjadi atasan saya, di Divisi Diponegoro di Jawa Tengah, saya segera melapor kepadanya.

Pertanyaan Pak Harto pada waktu itu: kolonel Yasir ada di mana pada waktu pemberontakan PKI pada tahun 1948?

saya menjawab: "Waktu itu saya harus melawan 3 batalyon komunis di daerah Wonosobo Pak setelah Kompi saya dihijrahkan dari Jawa barat ke Banjarnegara."

Kata Pak Harto: "Nah, sekarang yang memberontak ini adalah anak-anaknya PKI Madiun zaman itu, sekarang bereskan itu semua, Aidit sekarang ada di Jawa Tengah, bawa pasukan pasukanmu kesana!

"Siap kerjakan !"

Selengkapnya baca di sini: Mengungkap Misteri Kematian DN. Aidit, Tokoh Utama G30 S/PKI

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak