Perjuangan Perlawanan Kesultanan Aceh Melawan Kolonial Belanda (1873-1904)

Konten [Tampil]

Latar Belakang Perlawanan Aceh


Penyebab umum


  1. Posisi Aceh strategis, terletak pada jalur perdagangan internasional yang memasuki Selat Malaka, sehingga timbul keinginan Belanda untuk menguasai wilayah Aceh 
  2. Adanya Traktat Sumatra yang memberi kebebasan pada Belanda untuk menaklukkan Aceh.
  3. Adanya kecurigaan Belanda terhadap Aceh vang berhubungan dengan Turki, Italia, dan Amerika Serikat yang akan memusuhinya.\

Penyebab khusus


Pada tanggal 22 Maret 1873 Sultan Mahmud Syah menolak tuntutan agar Aceh mengakui kekuasaan Belanda. Sehingga pada bulan April 1873 tentara Belanda di bawah pimpinan Mayor Jenderal Kohler menyerang Masjid Raya Aceh. Dalam pertempuran tersebut Kohler tewas.

Perang Aceh merupakan  perlawanan Kesultanan Aceh terhadap kolonial Belanda yang paling berat dan berlangsung lama. Kesultanan Aceh merupakan kerajaan yang bebas dari pengaruh asing, sehingga tetap merdeka dan bebas menjalankan politiknya. Sejak 1871, kemerdekaan Aceh mulai terusik oleh Belanda. Hal ini menimbulkan pertikaian yang memuncak dalam peperangan.

Setelah serangan pertama yang dilancarkan Belanda di bawah pimpinan Mayor Jenderal Kohler dapat dipatahkan, Kemudian Belanda melancarkan serangan yang kedua di bawah pimpinan Mayor Jenderal Van Swieter. Dalam serangan ini, pasukan Belanda berhasil menduduki Istana Kutaraja, tetapi Sultan Mahmud Syah diketahui telah mundur ke kota Leungbata.

Sultan Mahmud Syah kemudian wafat, dan digantikan oleh Sultan Muhammad Daud Syah.
Meskipun istana Kutaraja telah diduduki, Sultan Muhammad Daud Syah dibantu oleh para ulama terus berjuang dengan gigih mengobarkan perlawanan untuk mengusir Belanda. Dalam pertempuran di Tonga, pasukan Aceh di bawah pimpinan Tengku Cik Di Tiro berhasil membunuh Jenderal Pel.

Siasat Belanda menghadapi perlawanan rakyat Aceh

Terbunuhnya Jenderal Pel, mengakibatkan Belanda berupaya mengubah siasat peperangan. Adapun siasat yang dipakai Belanda pada saat menghadapi rakyat Aceh adalah:


  1. Concentratie stelsel, yaitu Belanda memusatkan seluruh kekuatannya di satu tempat dengan cara mendirikan pos-pos tentara. Namun siasat tersebut dapat ditembus oleh gerilyawan Aceh.
  2. Siasat adu domba. Jenderal Deyckerhoff mencoba mengadu domba sesama pejuang  Aceh.
    Siasat tersebut dimanfaatkan oleh Teuku Umar dan Istrinya Cut Nya' Dien untuk menyerah. Teuku Umar diberi gelar Teuku Johan Pahlawan serta diberi persenjataan lengkap. Akan tetapi, pada tahun 1896 Teuku Umar bergabung kembali dengan rakyat Aceh menyerang Belanda. Gubernur Militer Deyckerhoff dipecat karena dianggap bertanggung jawab terhadap kesalahan ini.
  3. Siasat kekerasan. Siasat ini diusulkan oleh Snouck Hurgronje dengan cara melancarkan serangan ke kampung-kampung dan membumihanguskan semuanya.

Untuk melaksanakan siasat kekerasan tersebut, Jenderal Van Heutsz kemudian membentuk pasukan anti gerilya yang disebut pasukan marsose (Marechause). Para tokoh pejuang Aceh seperti Teuku Umar, Cut Nya' Dien, Panglima Polim tidak merasa gentar dalam menghadapi pasukan marsose.

Pasukan Marsose Belanda dalam sebuah kesempatan,  foto via wikipedia


Benteng Kuto Reh yang merupakan pusat perjuangan Aceh akhirnya jatuh ke tangan Belanda, setelah dipertahankan mati-matian . Pada tahun 1899 Teuku Umar gugur pada pertempuran di Meulaboh.

Serangan pasukan marsose menyebabkan satu per satu pertahanan rakyat Aceh dapat dilumpuhkan. Sehingga pada tahun 1903 Sultan Daud Syah menyerah. Kemudian disusul Panglima Polim karena keluarganya juga disandera. Cut Nya' Dien ditangkap dan diasingkan ke Sumedang.

Akhirnya pada tahun 1904 Gubernur Jenderal Van Heutsz mengeluarkan Perjanjian Singkat atau Plakat Pendek (Korte Verklaring) yang harus ditandatangani para kepala daerah di Aceh. Isi plakat tersebut yaitu:

  1. Aceh tunduk dan patuh pada peraturan-peraturan yang dibuat Belanda,
  2. Aceh tidak akan berhubungan dengan negara lain selain dengan Belanda

Meskipun telah ditandatangani Plakat Pendek, tetapi pejuang Aceh terus menggerakkan perlawanan sampai tahun 1917.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak