Kenakalan Anak, Cermin Kelalaian Orang Tua

Konten [Tampil]
Sabtu pagi, tanggal 7 Desember 2019, saat akan berangkat sekolah, saya menjumpai tanda luka bekas jeratan tali di leher si sulung. Segera saya interograsi dan didapatkan jawaban, bahwa yang melakukannya adalah teman sekolahnya, sekaligus geng main rubiknya.



Dan hari ini, Minggu 8 Desember 2019 saya menemui kedua orang tua anak si pelaku yang menjerat leher si sulung dan mereka spontanitas meminta maaf. permasalahan pun selesai secara kekeluargaan. Meskipun banyak yang menyarankan agar saya juga membawa masalah ini ke sekolah, tapi sepertinya sudah cukup diselesaikan secara kekeluargaan saja.

Apa yang dialami si sulung, hanyalah salah satu dari ribuan kasus bullying secara fisik yang terjadi di Indonesia. Perilaku pelaku bullying yang seringkali di luar batas wajar ini tidak lepas dari kurang kontrolnya orang tua dan pola pendidikan perilaku yang salah dalam keluarga. Entah karena akibat sering dimanja dan dipenuhi semua permintaannya, atau orang tua yang terlalu jor-joran terhadap perilaku si anak.




Tayangan kekerasan yang sangat mudah diakses baik lewat televisi maupun internet juga turut berperan dalam terjadinya tindakan kekerasan yang dilakukan si anak. Anak cenderung lebih mudah menyerap dan meniru dari apa yang mereka dapatkan di televisi maupun internet. Hal ini tentunya kembali lagi ke peranan orang tua, apakah mereka selalu mendampingi anak ketika menonton televisi atau internet sesuai rating penggunanya, ataukah melakukan pembiaran terhadap anak ketika menonton televisi, bermain game atau mengakses internet.

Sebagai orang tua, saya mengajak para orang tua se-Indonesia, mari kita awasi dan kita didik anak-anak kita dengan baik. Bekali dengan Ilmu Pengetahuan Teknologi IPTEK dan IPTAQ, Imu Pengetahuan Ketaqwaan yang cukup, sehingga kelak anak-anak kita menjadi generasi penerus yang bermanfaat untuk sesamanya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak