Mengenang Pertempuran Kawung Hilir, Majalengka

Konten [Tampil]
Pada tahun 1946 di daerah Majalengka berdomisili Pasukan Sindangkasih yang merupakan gabungan dari beberapa pasukan yang berintikan dari Batalyon V Resimen XII Brigade V Sunan Gunung Jati. Bertindak selaku Komandan Batalyon V ialah Mayor Affandi. Ia menggantikan Mayor Rukman yang dialih-tugaskan ke daerah Kuningan. Pasukan inilah yang mengemban tugas memelihara ketertiban dan mempertahankan kedaulatan RI di daerah Majalengka dengan berkedudukan di kota Majalengka.

Monumen Pertempuran Kawung Hilir,
Monumen Pertempuran Kawung Hilir,


Tatkala serdadu Belanda melancarkan aksi militer pertama sejak 21 Juli 1947 ke daerah Majalengka, maka Pasukan Sindangkasih melakukan gerak mundur ke daerah pedesaan. Komandan Batalyon V Mayor Affandi beserta sejumlah anak buahnya memilih desa Kawunghilir, kecamatan Maja sebagai tempat kedudukannya. Desa ini terletak di sebelah selatan kota Majalengka dengan jaraknya 5 km. Letak desa ini memang sangat strategis ditinjau dari sudut kepentingan taktik perang gerilya, karena berada pada pinggir jalan dari Majalengka yang menaik cukup tinggi dan di kanan-kiri jalannya ditumbuhi pepohonan cukup lebat. Tempat ini merupakan lokasi yang ideal bagi upaya pencegatan konvoi serdadu Belanda yang datang dari arah Majalengka.

Batalyon V mengadakan konsolidasi pasukan di tempat kedudukan ini; kemudian merencanakan untuk melakukan aksi-aksi dalam rangka perang gerilya sebagai serangan balasan terhadap serdadu Belanda. Dalam hal ini, markas komando dipindahkan ke Cieurih, sedangkan markas logistik ditempatkan di Anggawati. Kawunghilir dijadikan medan pertempuran, tempat penghadangan konvoi serdadu Belanda.

Di Kawunghilir itulah pasukan TNI sering memperoleh kemenangan apabila berhadapan dengan tentara Belanda, baik melalui aksi penghadangan maupun melalui pemasangan ranjau dengan bom "batok".

Sementara itu, di tempat-tempat lain pun sering terjadi kontak senjata, seperti d icerminkan dalam relief yang tertera pada monumen perjuangan itu. Menurut catatan tokoh pejuang setempat (Kolonel D. Affandi), di daerah Majalengka pernah terjadi peristiwa pertempuran tidak kurang dari 200 kali pertempuran, diantaranya 36 kali pertempuran yang cukup menonjol. Dalam relief hanya dilukiskan 5 kali pertempuran, yaitu pertempuran di Alun-alun Majalengka vang terjadi tanggal 6 Nopember 1945 melawan tentara Jepang.

Pertempuran di tepi jurang tatkala dilakukan pencegatan terhadap konvoi serdadu Belanda yang terjadi tanggal 9 September 1947, pertempuran yang terjadi tanggal 5 Pebruari 1948 sehingga penduduk terpaksa diungsikan, akibat serangan udara serdadu Belanda pada tanggal 8 Desember 1948, dan pertempuran di Kedung Wuni, desa Leuwi Seeng, kecamatan Kadipaten tatkala pasukan TNI mencegah konvoi serdadu Belanda.

Untuk mengenang pertempuran tersebut maka oleh pemerintah daerah setempat dibangunlah sebuah monumen, yaitu Monumen Perjuangan Kawung Hilir, Majalengka

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak