Kisah si Bakhil dan Emasnya | Kisah Inspiratif
Table of Contents
Ada kisah menarik dari seseorang yang tinggal di kota Ihsa, Saudi Arabia. Katanya,"Saya
 mempunyai seorang tetangga yang sangat bakhil, padahal umurnya telah 
tua dan rambutnya telah beruban. Ia hidup seorang diri. Tak bersama 
suami, anak, kerabat dekat ataupun teman. Kerjanya hanya mencari dan 
menumpuk harta."
Suatu hari ia tidak nampak seperti basanya, ia belum kelihatan pergi ke tokonya. Profesi orang ini adalah memproduksi sandal.
Selesai aku sholat Isya, aku menuju pintunya yang nyaris runtuh. Kalaulah angin berhembus kencang, tentu bakalan roboh.
Kata temanku, "Maka kudorong pintu, dan aku masukan kaki kananku sembari aku ucapkan, hai kawan?: Laki-laki itu kaget , terperanjat. Segera ia himpun tangannya, dengan setengah marah ia berujar,"Apa maumu? ! Kujawab,"Maaf, aku datang hanya untuk membesukmu, sebab kulihat sudah tiga hari ini engkau tidak pergi ke tokomu."
 Namun si bakhil itu malah mendorongku sekuat-kuatnya. Akupun keluar, 
namun aku masih juga khawatir siapa tahu dia terkena sesuatu.
Maka
 kujenguk ia kedua kalinya. Tak tahunya, ia tengah mengumpulkan dinar 
emas di depanya, yang kilaunya menyemburat karena cahaya lampu. 
Disampingnya ada sepiring minyak. Rupanya ia sedang menimang-nimang 
emasnya seraya berujar,"Wahai kekasihku, sungguh telah aku 
habiskan umurku karenamu, akankah aku mati dan meninggalkanmu untuk 
selainku?, tidak boleh terjadi yang demikian!! Aku sadar bahwa 
kematianku telah dekat dan penyakitku telah kritis. Kalau begitu, aku 
akan memendammu bersamaku."
Kontan ia ambil dinar emasnya dan ia letakkan di minyak dan ia telan. Lantas ia merintih nyaris akan meninggal. Kemudian ia menarik napas dan ia angkat dinar emas lainnya, ia timang dinar emas lainnya yang seolah-olah teman akrab yang datang dari kejauhan, kemudian ia benamkan di minyak dan ia telan lagi dinar emas itu dengan mulutnya.
Kontan ia ambil dinar emasnya dan ia letakkan di minyak dan ia telan. Lantas ia merintih nyaris akan meninggal. Kemudian ia menarik napas dan ia angkat dinar emas lainnya, ia timang dinar emas lainnya yang seolah-olah teman akrab yang datang dari kejauhan, kemudian ia benamkan di minyak dan ia telan lagi dinar emas itu dengan mulutnya.
Kukatakan dalam hati."Demi Allhoh, harta si bakhil ini tak bakalan disantap selain oleh para penjagal ". "Baiklah,
 hari ini aku akan menjadi penjagal." Maka kututup pintu dan aku ikat 
pintu dengan kawat. Selama tiga hari hingga aku yakin bahwa si bakhil 
telah tewas."
Kemudian 
aku menemuinya dan ternyata jasad si bakhil telah membatu di kasurnya 
setelah menelan emasnya. Aku kabari orang-orang. Merekapun membopongnya,
 memandikan jasadnya dan mereka heran karena beratnya. Kata mereka,"Aneh, orang ini tinggal kulit dan tulang, namun mengapa sedemikian beratnya ! ". Rupanya mereka tidak tahu rahasia yang kuketahui. Kami kemudian menguburkannya.
Ketika
 tengah malam, aku ambil kapak dan cangkul. Aku gali kuburan dan aku 
singkirkan tanah yang menimbunnya. Aku menoleh kana kiri hingga tak 
seorangpun melihatku. Aku singkirkan  bebatuan dari kuburan dan sampai 
terlihat putih warna kain kafan. Langsung saja aku ambil pisau dan aku 
sobek perutnya dengan bantuan cahaya rembulan. Aku ulurkan tanganku 
untuk mengambilnya. Nahas, tiba-tiba kurasakan panas bagaikan api 
menyala. Akupun berteriak sedang kulit tanganku mengelupas.
Kembali
 aku timbun kuburnya dengan bebatuan dan tanah. Aku pulang sambil 
berteriak yang belum pernah kurasakan kesakitan seperti itu. Aku 
tenggelamkan tanganku ke dalam air dingin. Beberapa tahun aku merasakan 
sengatan panas ini.
Saya berlindung kepada Alloh dari kebakhilan sebagaimana difirmankan,
ÙˆَÙŠۡÙ„ٌ Ù„ِّـكُÙ„ِّ Ù‡ُÙ…َزَØ©ٍ Ù„ُّÙ…َزَØ©ِ ۙ Ø§ۨÙ„َّذِÙ‰ۡ جَÙ…َعَ Ù…َالًا ÙˆَّعَدَّدَÙ‡ٗ ۙ 
"Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, yaitu orang yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya." (Al-Humazah [104]

Posting Komentar