9 Pelajar ini Meregang Nyawa Demi Tegaknya Sang Saka Merah Putih, Simak Yuk Kisahnya

Konten [Tampil]

Lahirnya Badan Perjuangan Kelaskaran

Dengan meletusnya Revolusi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 lahirlah bermacam-macam badan perjuangan kelaskaran di Surakarta dan di Indonesia pada umumnya. Pada saat itu timbul bermacam-macam pasukan perjuangan kelaskaran di daerah Surakarta. antara lain:
  • Pasukan Alap-Alap ,
  • Pasukan Garuda.
  • Pasukan IPI,
  • Pasukan BPRI.
  • Pesindo.
  • Laskar Rakyat .
  • Banteng dan sebagainya
Pasukan Alap-Alap semula ditugaskan untuk mengatur pembelaan di daerah Kabupaten-kabupaten Kota, Mangkunegaran dan Kasunanan sehingga daerah Surakarta merupakan daerah benteng pertahanan yang kokoh dan kuat.

Dengan adanya Dekrit Presiden yang menentukan, bahwa pertahanan dilaksanakan oleh Tentara Nasional dan laskar partikelir dilarang, maka diambil inisiatif dari pimpinan Laskar Rakyat dan pasukan Alap-Alap untuk menjadikannya sebagai Batalyon 23, Brigade XXIV, Divisi IV Surakarta.

Pasukan Alap-Alap sejak Aksi Militer I telah memperoleh tugas-tugas di front dan daerah medan pertempuran di Mranggen, Alas Tuwo. Genuk. Srondol , Ungaran, Salatiga dan lain-lain.

Batalyon 23, Brigade XXIV, Divisi IV dikenal sebagai Batalyon Alap-alap yang berkedudukan di Gedung Sasonopustaka, Mangkunegaran. sedangkan pasukannya berada di Suryasuwitan dan Matesih Karanganyar.

Sebagaimana sudah disebut di depan Alap-Alap adalah singkatan dari "Angudi Leburing Angkaran Penjajah Amrih Luhuring Anak Putu" yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih sebagai berikut. ''Berusaha memusnahkan sifat angkara murka penjajah, demi meningkatnya derajat dan martabat anak cucu"

Pasukan Alap-Alap ini sebelum Perang Kemerdekaan sudah tersebar di sekitar Kota Solo. terutama di Kabupaten Karanganyar dan di daerah Kecamatan Karang Pandan. Matesih. Karena daerah ini memang dipersiapkan dan digunakan sebagai daerahi basis gerilya bila sewaktu-waktu Belanda masuk menduduki kota Kabupaten Karanganyar.

Pada tanggal 19 Desember I 948 Belanda melancarkan serbuan ke Yogyakarta, Ibukota Republik Indonesia dan herhasil menduduki serta menawan Presiden Sukarno, dan Wakil Presiden Muhammad Hatta dan sejumlah Menteri. Kemudian Belanda mulai mengembangkan kedudukannya ke daerah Surakarta. yang selanjutnya menjalar ke daerah-daerah Kabupaten Karanganyar, Karang Pandan. Matesih, dan Tawang Mangu.

Agresi Militer Belanda II

Dalam menghadapi Agresi Belanda II pasukan Alap-Alap telah siap menghadapinya. Komandan Kompi pasukan Alap-Alap di Matesih adalah Suparno Ps (sekarang Pumawirawan Letnan Kolonel TNI Eks Dan Wing I Kopasgat).

Dalam perang gerilya pasukan Alap-Alap bekerja sama dengan petugas Pagar Desa dan pasukan AURI yang dipimpin oleh R.A. Wiryadinata (sekarang Purnawirawan Marsekal Muda TNI AU).

Sering dilakukan pencegatan dan penghadangan terhadap konvoi pasukan Belanda. Daerah-daerah yang sering digunakan untuk mencegat konvoi Belanda adalah daerah Gayamdompo dan sekitarnya. Jalan-jalan raya yang akan dilewati patroli Belanda selalu diberi penghalang berupa kayu-kayu yang dirobohkan ke tengah jalan ataupun benda-benda lain. untuk menghambat pasukan Belanda.

Pasukan-pasukan gerilya yang bermarkas di Matesih antara lain:
  1. Pasukan Alap-Alap, dipimpin oleh Soeparno Ps.
  2. Pasukan Zeni Angkatan . Darat. dipimpin oleh Soeratno (sekarang Mayjen Purnawirawan) .
  3. Pasukan AURI. dipimpin oleh R.A. Wiryadinata (sekarang Marsekal Muda Purnawirawan/ eks Anggota DPR).
  4. Pasukan Angkatan Darat. dipimpin oleh Soeharto (sekarang Mayjen Purnawirawan/ eks Anggota DPR dan eks Ketua Monumen Gerilya Jawa Tengah).

Gugurnya Para Pahlawan Joko Songo

Kisah Perjuangan "Joko Songo"  Yang Gugur Dalam Menghadapi Tentara Belanda di Karanganyar
Monumen Joko Songo, foto via karanganyarkab.go.id

Pada tanggal 5 Januari 1948 di daerah Doplang. sekitar pukul 15.00 - 17.00, terjadi pertempuran antara pasukan Tentara Pelajar (TP) dengan pasukan Belanda yang sedang mengadakan patroli, dengan berkendaraan lapis baja atau panser. Dalam pertempuran tersebut telah gugur delapan orang Tentara Pelajar (TP). Jenasahnya dimakamkan di halaman Pasar Matesih dengan pertimbangan mudah diziarahi oleh sanak keluarga mereka. Adapun delapan orang Anggota TP yang telah gugur di daerah Doplang tersebut, adalah :
  1. Laktoto
  2. Marjoto
  3. Roesman
  4. Soeprijadi
  5. Soenarto
  6. Slamet
  7. Soekotjo
  8. Salam Hasjim
Dua hari kemudian terjadi pertempuran lagi di Desa Pablengan, yang mengakibatkan gugurnya seorang pelajar Waloejo, putra dari lurah Pablengan, yang akhirnya jenasahnya dibawa ke Matesih dan dikebumikan di situ, sehingga berjumlah sembilan orang.

Makam di halaman Pasar Matesih itu kemudian dikenal sebagai Makam Pahlawan. Pada waktu itu  makam Pahlawan itu terkenal dengan nama Makam Bahagia, namun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari Komandan Kompi Alap-Alap yaitu Soeparno Ps, Soenaryo Hadicaroko MA, Sugito, Amodino, Wiryoharjono, maka nama Taman Makam Pahlawan Bahagia diganti dengan Taman Makam Pahlawan Jokosongo.

Nama ini diberikan dengan alasan karena yang dimakamkan pada waktu itu ada sembilan orang dan kesemuanya masih perjaka. Perjaka dalam bahasa Jawa adalah Joko dan sembilan adalah songo, jadi "Jejaka Sembilan" (bahasa Indonesia), sama dengan "Joko Songo" (bahasa Jawa).

Kemudian pada akhir perang kemerdekaan tahun 1950, Makam Pahlawan Joko Songo bertambah lagi penghuninya dari kesatuan-kesatuan lain, yang gugur dalam pertempuran, sehingga jumlahnya bertambah 12 orang menjadi 21 orang pahlawan.

Para pahlawan tersebut terdiri dari kesatuan-kesatuan :
  1. Eks Tentara Pelajar
  2. Eks Pasukan Alap-A1ap
  3. Eks Pasukan Angkatan Darat
  4. Eks Pasukan AURI
Pada tahun 1951 setelah selesai Perang Kemerdekaan, masyarakat bersama-sama Pasukan Alap-Alap, membangun Makam Pahlawan Joko Songo, dan mendirikan monumen yang berbentuk tugu.

Pada tanggal 7 November 1949 atas perintah Pemerintah dilaksanakan pemindahan kerangka jenazah kedua puluh satu orang pahlawan kemerdekaan dari Taman Makam Pahlawan Karanganyar. Namun akhirnya pemindahan kerangka pahlawan tersebut tersebar menurut permintaan ahli waris masing-masing.

Pada tahun 1982 Tugu Pahlawan Jokosongo yang dibangun pada tahun 1951 telah dipugar oleh para bekas pejuang yang tinggal di Jakarta. Pada Monumen yang baru ini dipahatkan suatu prasasti yang berbunyi: "ANGUDI LEBURING ANGKORO PENJAJAH, AMRIH LUHURING ANAK PUTU".

Di situ ditulis pula nama pahlawan yang gugur pada masa Perang Kemerdekaan kedua tahun 1948 - 1949. Di komplek ini juga terdapat prasasti yang berbunyi: "UNTUNG SABUT TIMBUL UNTUNG BATU TENGGELAM" yang artinya melepas tentara pergi berperang jika untung selamat, jika malang tinggal di medan perang.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak