Biografi dan Sejarah Perjuangan Jendral Oerip Soemoharjo Serta Pendirian TKR

Konten [Tampil]
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan ini membawa suatu konsekuensi bahwa bangsa Indonesia wajib mempertahankan dan mengisinya dengan kegiatan-kegiatan pembangunan. Bangsa Indonesia wajib mempertahankannya dari segala ancaman baik dari dalam maupun luar negeri. Karena itu, kedatangan kembali NICA bersama-sama Sekutu ke Indonesia merupakan ancaman yang membahayakan kehidupan Bangsa dan Negara Indonesia.

Sejarah Perjuangan Jendral Oerip Soemoharjo
Jendral Oerip Soemohardjo dan Jendral Soedirman dalam sebuah kesempatan
Untuk mempertahankannya, Bangsa lndonesia wajib memiliki daya penangkal yang tangguh. Di samping ideologi nasional Pancasila dan UUD 1945, wajib memiliki kekuatan yang profesional dalam pertahanan dan keamanan, yaitu suatu Angkatan Bersenjata yang tangguh. Begitulah, setelah Oerip Soemohardjo mengikuti perkembangan nasional, terbetik dalam pikirannya bahwa bangsa Indonesia harus memiliki Angkatan Perang.

PPKI dalam sidangnya tanggal 19 Agustus 1945 telah memutuskan untuk membentuk tentara kebangsaan, dan untuk itu pada tanggal 23 Agustus 1945 diumumkan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Namun menurut Oerip Soemohardjo, BKR lebih menitikberatkan pada menjaga keamanan dan tidak untuk tugas-tugas pertahanan negara. Di sinilah Oerip Soemohardjo berniat untuk membantu pemerintah agar segera dapat dibentuk angkatan perang. Dalam waktu yang sama, di Jakarta juga timbul gagasan untuk membentuk angkatan perang, dan nama Oerip memang termasuk yang disebut-sebut.

Pemerintah Republik Indonesia memberi tugas kepada Oerip untuk menyusun organisasi tentara, dan Oerip sanggup melaksanakannya. Tugas itu diterimanya pada tanggal 14 Oktober 1945, setelah 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah tentang pembentukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Tugas itu diterima oleh Oerip dalam sidang Kabinet. Yogyakarta dipilihnya (semula Purwokerto atau Magelang) sebagai markas besarnya. Bersama-sama eks anggota bekas KNIL, Didi Kartasasmita, Samijo dan Sudibyo, penyusunan TKR mulai dibicarakan secara maraton.

TKR dirancang di Yogyakarta, di markas besarnya, yaitu di Jalan Gondomulyo (sekarang Markas Korem 072). Di Yogyakarta, Oerip dibantu oleh Suryadi Suryadarma dan T.B. Simatupang.

Oerip Soemohardjo akhirnya diangkat oleh pemerintah sebagai kepala staf TKR dengan pangkat Letnan jenderal pada tanggal 20 Oktober 1945. Personalia TKR terdiri atas bekas KNIL dan Peta.

Tugas berikutnya ialah mengusulkan kepada Pemerintah tentang Menteri Pertahanan dan Panglima Besar. Jabatan menteri pertahanan akhirnya dipercayakan kepada Amir Syarifuddin dan Jenderal Soedirman sebagai panglima besar.

Pelantikan panglima besar dan kepala staf TKR dilakukan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 18 Desember 1945 di Yogyakarta. Sejak saat itu, Jenderal Soedirman (29 tahun) bersama Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo (52 tahun) bekerjasama untuk menyempurnakan organisasi ketentraman di Indonesia.

Berpadunya dua tokoh ini senantiasa menghidupkan dan lebih meningkatkan kemampuan tentara kita. Perpaduan antara popularitas Soedirman dan profesionalitas Oerip; antara tokoh muda dan tua ; antara tokoh PETA dan KNIL! ·

Tanggal 1 Januari 1946 Tentara Keamanan Rakyat diubah namanya menjadi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR) dan pada tanggal 1946 diganti dengan nama Tentara Republik Indonesia (TRI). Tanggal 23 Pebruari 1946 Oerip Soemohardjo mendapat tugas dari pemerintah untuk mengetuai Panitia Besar Reorganisasi Tentara. Tanggal 17 Mei 1946 Panitia Besar Reorganisasi Tentara menyerahkan hasil kerjanya kepada presiden, meliputi :
  1. Bentuk Kementerian Pertahanan
  2. Bentuk Ketenteraman  
  3. Kekuatan Tentara 
  4. Organisasi Tentara 
  5. Menyempurnakan bentuk peralihan dari TKR ke TRI dan menentukan status laskar dan badan perjuangan. 
Pelantikan Panglima Besar Soedirman dan Kepala Staf TRI Oerip Soemohardjo dilakukan oleh presiden pada tanggal 25 Mei 1946 di Yogyakarta. 

Dalam kesempatan ini Jenderal Soedirman mengucapkan sumpah yang intinya berisi kesetiaan terhadap negara dan UUD. Di samping Oerip bertugas di dalam tubuh tentara, juga bertugas untuk mengadakan perundingan-perundingan dengan pihak lnggris dan Belanda. 

Berkat perjuangan dan pemikiran yang panjang dan dalam dari Soedirman dan Oerip, akhirnya pada tanggal 3 Juni 1947 terbentuklah Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang merupakan hasil penggabungan total antara TRI dan Laskar- laskar. 

Dalam usaha menciptakan suatu tentara yang bermutu, Oerip memerlukan tenaga-tenaga yang bermutu pula. Untuk itu perlu adanya pendidikan militer. Atas prakarsa Oerip berdirilah di Yogyakarta sebuah Akademi Militer yang ketika itu disebut Militer Akademi (MA). MA inilah yang kemudian berkembang menjadi AMN (Akademi Militer Nasional) dan kemudian berubah menjadi AKABRI Bagian Darat dan sekarang bernama Akademi Militer di Magelang. 

Begitulah karya besar Oerip Soemohardjo, dan sekarang Oerip telah tiada, tetapi nama tetap menempel di dada setiap prajurit dan warganya yang setia kepada Pancasila dan UUD 1945. Oerip telah wafat pada tanggal 17 Nopember 1948, almarhum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki dengan upacara kenegaraan. Oerip Soemohardjo telah menerima beberapa penghargaan dari Pemerintah, antara lain : 


  1. Bintang Sakti tahun 1959; 85 
  2. Bintang Mahaputera Indonesia tahun 1960; 
  3. Bintang Republik Indonesia tahun 1967; 
  4. Bintang Kartika Eka Paksi tahun 1968; 
  5. Pahlawan Nasional. 
Demikian kisah Sejarah Perjuangan Jendral Oerip Soemoharjo, semoga dapat menambah wawasan dan kecintaan kita terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Sumber: Kasmadi, Hartono and Sugito, AT. and Wijono, Wijono and Slamet, Slamet (1986) Monumen perjuangan Jawa Tengah. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Jakarta 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak