Sejarah Perjuangan Rakyat Klaten Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia

Konten [Tampil]
Pada zaman Jepang sudah banyak pemuda Klaten yang memasuki profesi kemiliteran. Hal ini telah mendorong pula semangat untuk ikut memiliki dan mempertahankan kemerdekaan. Hal ini dapat dibuktikan sewaktu pemuda-pemuda Klaten merebut senjata dari tangan pasukan Jepang, yang pada saat itu berada di Demangan (Kec. Kebonarum) Jatinom, Gondang Winangun dan berbagai daerah lain. Pasukan Jepang telah dilucuti senjatanya oleh pemuda-pemuda Klaten tanpa mengalami kesulitan. Bahkan pemuda-pemuda Klaten telah banyak yang membantu pelucutan senjata di daerah Yogyakarta dan Solo.

Sejarah Perjuangan Rakyat Klaten
Monumen Juang 45 - foto via omkoodok.blogspot.com

Peranan Pemuda Klaten dalam Mengawal Tawanan Pasukan Jepang

Setelah pasukan-pasukan Jepang dapat ditawan, kemudian dari Klaten dikirim ke daerah Tampir (Kabupaten Boyolali) yang selanjutnya akan dikirimkan ke Pulau Gadang. Pada saat pengiriman tawanan pasukan Jepang tersebut, pemuda-pemuda Klaten mendapat tugas mengawal dari Tampir sampai setasiun kereta api di Delanggu dan selanjutnya dari Delanggu dibawa ke Tegal dipimpin oleh Slamet Riadi dan Kusmanto.

Juga sewaktu terjadi pertempuran di Palagan Ambarawa, Magelang dan Semarang, telah dikirimkan pula TKR dan para pejuang dari Klaten. Bahkan pada waktu terjadi pertempuran di Bandung yang terkenal dengan "Bandung Lautan Api" dan pertempuran di Surabaya, TKR dan pejuang dari Klaten telah dikirimkan pula untuk membantu.

Sewaktu ibu kota Negara R.I. dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta, Klaten tidak lepas dari peristiwa-peristiwa yang penting. Klaten telah ikut pula berperan untuk menentukan jalannya pemerintahan. Sewaktu tentara Sekutu menyerang kota-kota besar di Jawa Tengah, banyak tokoh pejuang yang mengungsi ke daerah Klaten yang merupakan daerah garis belakang. Semua kegiatan berjalan tanpa hambatan baik di bidang pemerintahan, pendidikan, ekonomi dan pertahanan.

Klaten, Kota Didirikannya Organisasi Wanita PERWARI

Klaten telah berperan pula dalam pembentukan sebuah organisasi wanita. Pada tanggal 17 Desember 1945 telah diadakan Kongres Wanita di Klaten. Kongres tersebut telah dihadiri oleh wakil organisasi wanita dari seluruh Indonesia. Dalam kongres tersebut telah disepakati untuk membentuk organisasi wanita seluruh Indonesia yang diberi nama PERWARI.

Pada waktu Yogyakarta menjadi ibukota, Departemen Kehakiman terdapat di Klaten, yaitu di salah satu rumah dinas Pabrik Gula Gondangwinangun. Pada waktu itu pula di Klaten telah didirikan berbagai Sekolah Tinggi yang dipimpin oleh Prof. Dr. Sardjito yang akhirnya setelah berpindah ke Yogya menjadi Fakultas Kedokteran Gajah Mada.

Sewaktu terjadinya aksi militer yang pertama dan adanya Perjanjian Renville, Klaten sebagai front yang ada di belakang telah berjasa menjadi tempat penampungan kaum pengungsi dari daerah lain. Bahkan pasukan Hijrah dari Jawa Barat di bawah pimpinan Kahar Muzakar dan Daeng Matalata telah berada di Klaten. Selain itu Klaten juga memegang peranan penting dalam pengiriman bahan makanan dan bantuan pasukan ke front pertempuran.


Peranan rakyat Klaten dalam Menumpas Pemberontakan PKI Madiun

Pada waktu terjadinya pemberontakan PKI Madiun, di daerah Klaten tidak terlepas, juga menjadi ajang pertempuran. Pada waktu itu rakyat Klaten baru berjuang melawan Belanda, namun rakyat Klaten juga ikut menumpas pemberontakan PKI tersebut. Pada waktu itu pula pada tubuh TNI Klaten telah terjadi perpecahan antara pasukan Sunitijoso melawan pasukan Munawar sehingga di daerah Klaten situasinya menjadi genting. Tetapi untung pertikaian tersebut segera dapat diatasi, sehingga pasukan di Klaten bersatu kembali dan Belanda dapat diusir dari Klaten.

Sumber: Kasmadi, Hartono and Sugito, AT. and Wijono, Wijono and Slamet, Slamet (1986) Monumen perjuangan Jawa Tengah. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Jakarta

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak