Sejarah Perjuangan Rakyat Sukorejo Dalam Menghadapi Penjajahan Belanda

Konten [Tampil]
Pemerintah Kolonial Belanda sebelum kemerdekaan di seluruh wilayah Nusantara meliputi semua daerah termasuk daerah Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Daerah Sukorejo ini terbagi menjadi beberapa wilayah, di mana tiap-tiap wilayah banyak memproduksi hasil bumi yang dibutuhkan oleh Pemerintah Belanda, di antaranya daerah Sejomerto, daerah ini banyak menghasilkan kayu jati sebagai bahan bangunan atau gedung-gedung untuk kepentingan Pemerintah Belanda.

Sejarah perjuangan rakyat Sukorejo
Monumen Pejuang Bunderan Sukorejo, foto via facebook


Selain itu daerah Curug Sewu dan Sanaran banyak menghasilkan cengkih, kopi, dan teh; kemudian Sukomangli dan Parakan Sebaran, kedua daerah ini banyak menghasilkan karet dan kopi. Karena hasil-hasil bumi yang nantinya akan dipasarkan di negara-negara Eropa maka Belanda berusaha menguasai daerah Sukorejo terus menerus.

Untuk mengelola daerah-daerah perkebunan tersebut di atas Belanda banyak mempekerjakan rakyat Sukorejo, di mana pada saat itu rakyat Sukorejo selalu tunduk dan menurut semua perintah Belanda, dan tidak berani menentang Pemerintah Belanda. Setelah Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia, tetapi juga menghadapi perjuangan bangsa Indonesia.

Dalam Perang Dunia II Jepang menghadapi tentara Sekutu, yang akhirnya kalah dan menyerah kepada Sekutu. Di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan, kemudian Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.

Setelah Kemerdekaan Indonesia, Belanda berusaha memasuki wilayah Indonesia kembali, termasuk daerah Sukorejo terutama daerah-darah perkebunan. Karena Indonesia sudah merdeka, maka kedatangan Belanda di daerah Sukorejo, membuat marah pemuda-pemuda di daerah tersebut, Para pemuda merasa terpanggil dan berhak untuk mepertahankan daerahnya.

Di bawah Batalyon Salamon, pemuda kelahiran Sukorejo yang bertugas di Temanggung mereka melakukan perlawanan terhadap Belanda di daerah kelahirannya bersama-sama rakyat Sukorejo.

Daerah pertama yang dijadikan pusat penyerbuan Batalyon Salamon adalah daerah Sejomerto, yang juga sebagai markas tentara Belanda. Serangan dilakukan pada malam hari, sekitar pukul 01.00 WIB. Serangan secara mendadak itu dilakukan Batalyon Salamon dan berhasil memporak porandakan tentara Belanda, karena Belanda tidak menyangka datangnya serangan ini.

Dalam penyerbuan ini pasukan Batalyon Salamon berhasil menewaskan sekitar 72 orang tentara Belanda. Tentara Belanda yang berhasil menyelamatkan diri, melarikan diri ke Cipiring dan melaporkan kejadian di Sejomerto pada markas Belanda di Cipiring.

Selang beberapa waktu kemudian bala bantuan Belanda dari Cipiring dan Semarang datang dan menyerang daerah Sukorejo. Pada waktu itu Sukorejo sebagai ibukota sementara Kabupaten Kendal, karena kota Kendal dikuasai pasukan Belanda, sehingga pusat pemerintahan terpaksa diungsikan ke Sukorejo. Tentara Belanda yang akan menuju Sukorejo, dalam perjalanannya di daerah Tugurejo dihadang oleh pasukan komandan kompi Bambang Windhu Skoro. Selain menyerang melalui darat Belanda menyerang pula dari udara.

Karena kekuatan yang tak seimbang dan persenjataan yang sangat sederhana, banyak tentara dari kompi Bambang Windhu Skoro yang gugur termasuk komandan sendiri. Sebagian tentara yang selamat mundur sampai di daerah Kalipakis yang merupakan markas tentara rakyat dan di Kalipakis ini pertempuran berkobar kembali. Pertempuran ini lebih hebat dari pertempuran-pertempuran sebelumnya.

Karena masalah persenjataan yang sangat minim dan sederhana, kembali tentara kita terpaksa mundur sampai di daerah Plalar dan Tretep di sekitar lereng Gunung Peraho. Pihak Belanda tidak mengejar tentara kita yang mundur sampai daerah lereng Gunung Perahu, melainkan menyerang pusat pemerintahan sementara di Sukorejo. Para pejuang berusaha mempertahankan pusat pemerintahan sementara itu untuk memberi jalan dan kesempatan kepada bupati dan pemegang pemerintahan yang lain untuk mengungsi sampai di daerah Temanggung.

Pada saat mempertahankan pusat pemerintahan sementara itu banyak pejuang kita yang gugur di daerah sekitar pendopo pusat pemerintahan. Untuk mengenang jasa-jasa para pejuang yang gugur tersebut, maka di depan kantor Kawedanan Sukorejo yang dulu sebagai pusat pemerintahan sementara Kabupaten Kendal didirikan sebuah tugu. Tugu itu didirikan di depan Kantor Kawedanan karena di tempat itu banyak pejuang dari Sukorejo yang gugur dalam mempertahankan daerahnya.

Patung tersebut tidak hanya mewakili satu pejuang saja, melainkan mewakili semua pejuang Sukorejo yang gugur di daerah tersebut, yang tidak dapat dikenal lagi, maka tugu tersebut dinamakan Monumen Sukorejo.

2 Komentar

  1. Cerita perjuangannya sungguh heroik sekali
    Sebenarnya saya sangat penasaran dengan tugunya itu
    tampak blur, kurang begitu jelas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih telah berkunjung ke blog saya
      Tidak banyak foto yang beredar di internet khususnya terkait monumen Sukorejo ini, karena kondisi aslinya saat ini, konon sudah hampir roboh karena kurangnya perawatan dari pihak terkait

      Hapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak