Membalas Kejahatan Dengan Kebaikan, Sebuah Kisah Kebijakan Kuno Dari Tiongkok

Konten [Tampil]

Orang-orang Tiongkok kuno sangat menghargai nilai-nilai moral seperti belas kasih dan memaafkan. Banyaknya kisah kuno Tiongkok yang berhubungan dengan kedua hal tersebut, yang telah diturunkan dari generasi ke generasi, adalah bukti akan hal itu. Banyak pelajaran berharga yang bisa diambil dari kisah masa lalu tersebut, untuk diterapkan di masa kini.

membalas kejahatan dengan kebaikan


Kisah berikut terjadi pada periode Musim Semi dan Musim Gugur. Periode Musim Semi dan Musim Gugur di Tiongkok, terjadi sekitar tahun 771 sampai 476 SM (menurut beberapa data, terjadi sampai tahun 403 SM) yang kemudian berlanjut dengan masa Dinasti Zhou Selatan.

Saat itu, ada seorang pria bernama Song Jiu, yang menjabat sebagai kepala Kabupaten di Kerajaan Liang. Kabupaten yang dia pimpin berbatasan dengan Kerajaan Chu. Kedua kerajaan menempatkan tentara di wilayah perbatasannya masing-masing.

Para tentara di kedua sisi menanam melon di sepanjang jalur perbatasan, namun melon-melon yang ditanam oleh para tentara Liang tumbuh jauh lebih baik daripada melon-melon yang ditanam oleh tentara Chu, itu terjadi karena tentara Liang lebih rajin menyirami melon-melon mereka setiap hari.

Melon-melon milik tentara Chu tumbuh dengan sangat buruk karena mereka hampir tidak pernah menyiraminya sama sekali. Pejabat kabupaten Chu memarahi para tentaranya karena tidak mampu menghasilkan melon sebagus yang dihasilkan oleh tentara Liang.

Sebagai jawaban atas hal tersebut, para tentara Chu memutuskan untuk diam-diam menyelinap ke wilayah tentara Liang pada malam hari, untuk menghancurkan melon-melon yang ditanam oleh tentara Liang.

Ketika para tentara Liang mengetahui apa yang terjadi, mereka meminta kepada Song Jiu untuk diberi ijin melakukan hal yang sama kepada melon-melon milik tentara Chu sebagai pembalasan.

“Itu bukan solusi yang baik,” Kata Song Jiu, kemudian dengan bijak dia berkata, “Membangun kebencian hanya akan menambah masalah untuk dirimu sendiri. Kalian tetap tidak boleh melakukan hal buruk hanya karena orang lain melakukan hal buruk kepada kalian.”

Daripada membalas dendam, dia justru menasehati para tentara Liang untuk membalas dengan cara yang tidak biasa.

“Biar saya beri kalian sebuah solusi yang bagus. Sejak mulai sekarang, kirimkanlah seseorang untuk menyelinap ke kebun tentara Chu, dan kemudian menyirami melon-melon mereka. Tapi jangan biarkan mereka tahu. Hal itu harus dilakukan secara rahasia.”

Para tentara Liang melakukan sesuai dengan apa yang dinasehatkan oleh Song Jiu, para tentara Chu melihat bahwa melon-melon mereka kini tumbuh lebih sehat dan subur daripada sebelumnya. Pada akhirnya, para tentara Chu mengetahui bahwa itu semua terjadi karena tentara Liang diam-diam menyirami melon-melon mereka di malam hari.

Kepala kabupaten Chu melaporkan kejadian ini kepada Raja Chu, yang kemudian merasa sangat malu setelah mendengarnya. Raja Chu kemudian mengirimkan sejumlah hadiah kepada Song Jiu sebagai permintaan maaf, sekaligus juga sebagai tanda perdamaian dengan Raja Liang.

Pelajaran dari kejadian ini juga terkandung dalam ucapan Lao Zi, ‘balas perbuatan buruk dengan perbuatan baik’. Juga dalam ujaran Tiongkok kuno, ‘rubah kekalahan menjadi kemenangan’, ‘dapatkan keuntungan dari kerugian’.

Sekelumit kebijakan yang kecil namun sangat mendalam maknanya, yang masih bisa diterapkan di dunia masa kini.

Balas kebencian bukan dengan kebencian, namun dengan cinta.



Sumber: bldaily.id


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak