Battle of Britain, Duel Petarung Udara Inggris Melawan Angkatan Udara Jerman

Konten [Tampil]

Pada tanggal 21 Juni 1940, di dalam gerbong kereta di Hutan Compiègne di wilayah Prancis, Adolf Hitler menerima penyerahan Prancis, hanya enam minggu setelah pasukannya menyerbu negara itu.

Diharapkan bahwa Inggris akan melakukan upaya perdamaian, namun mereka memilih untuk tidak melakukannya, jadi Hitler mulai mempersiapkan invasi ke Inggris, dengan nama sandi Operasi Sea Lion (Singa Laut). 

Agar operasi ini berhasil, prioritas pertama Jerman adalah menugaskan angkatan udaranya, Luftwaffe, untuk menghancurkan Angkatan Udara Kerajaan Inggris dan membangun kendali atas langit di selatan Inggris.

Apa yang kemudian dikenal sebagai Pertempuran Inggris dimulai pada akhir Juni, dengan pesawat Jerman melakukan serangan "gangguan" terhadap target di pesisir dan kapal-kapal barang di Selat Inggris.

Pada pertengahan Juli, Luftwaffe mengintensifkan serangan yang lebih besar terhadap pelabuhan Inggris, lapangan udara RAF, dan pabrik pesawat terbang.

Pada pertengahan Agustus, Jerman memulai serangan siang hari skala besar terhadap lapangan udara RAF dalam upaya untuk melumpuhkan kemampuan pertahanan udara Inggris. Segera setelah itu,  Luftwaffe juga memulai serangan pada siang dan malam hari di kota London.

Setelah serangan gencar ini, Angkatan Udara Kerajaan Inggris masih mampu menerbangkan pesawat tempurnya. Pemboman Jerman telah gagal menghentikan produksi pesawat Inggris, jadi ketika sebuah pesawat Inggris ditembak jatuh, pilotnya masih bisa menyelamatkan diri dengan terjun payung ke tempat yang aman, dan kemudian bisa terbang lagi dengan pesawat yang baru.

Sebaliknya, Jerman menderita kekurangan cadangan pesawat dan pilot yang jatuh ditangkap sebagai tawanan perang. Teknologi radar Inggris juga berperan, memungkinkan serangan udara dideteksi terlebih dahulu.

Sebuah pembom Heinkel lII terbang di atas Docklands London, mentargetkan sasaran sipil, pada bulan September 1940. Lebih dari 25.000 bom dijatuhkan di daerah itu, menjadikan kota tersebut luluh lantak.

Komando Tempur RAF, yang dipimpin oleh Sir Hugh Dowding, menghadapi ancaman dengan skuadronnya yang diorganisasikan ke dalam empat Grup, masing-masing mencakup area yang berbeda.

Fase kritis dimulai pada tanggal 7 September, ketika Luftwaffe mengalihkan serangannya ke sasaran sipil di London.  Serangan Luthwaffe memberikan efek sangat menghancurkan terhadap infrastruktur kota London, tetapi juga memberi waktu bagi RAF untuk pulih.

Dilihat dari sisi kekuatan masing-masing, Luftwaffe Jerman memiliki jumlah pesawat tempur dan pengebom yang unggul, tetapi RAF menghadapi tantangan tersebut dengan pesawat yang bisa dibilang lebih baik, terutama Supermarine Spitfire.

Dalam pertempuran Battle of Britain, Angkatan Udara Jerman mengerahkan sekitar 2.600 pesawat, di mana 1.200 pesawat di antaranya adalah pengebom bermesin ganda dan 760 unit adalah pesawat tempur bermesin tunggal. Angkatan Udara Jerman juga memiliki beberapa ratus pembom tempur bermesin ganda Messerschmidt 110 yang digunakan untuk membombardir kota-kota di Inggris.

Pada pertengahan September, menjadi jelas bahwa Luftwaffe telah gagal membangun superioritas udara, yang membuat Operasi Sea Lion menjadi mustahil, yang berarti bahwa Inggris dapat bertahan dalam perang.

Setelah 15 September, Hitler menganggap Luthwaffe kalah pertempuran udara, dan, meskipun serangan bom berlanjut, Hittler membatalkan rencananya untuk melakukan invasi darat.

Empat tahun kemudian, Sekutu melancarkan invasi balasan ke wilayah Eropa yang diduduki Nazi Jerman. 


Baca juga:
Operation Dynamo, Operasi Penyelamatan Pasukan Sekutu Terbesar di bawah kepungan tentara Jerman di Dunkirk, Prancis


Sumber:
DK Smithsonian, Battles That Changed History


Anda diperbolehkan mengutip materi di artikel ini sepanjang memberikan kredit berupa link aktif dan dofollow sebagai pengganti lelah begadang. Terima kasih 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak