Penumpasan DI/TII di Jawa Tengah | Mengakhiri Pemberontakan DI/TII

Konten [Tampil]

Bergabungnya Sisa Pasukan Batalyon 426 dengan DI/TII

Dengan bergabungnya sisa-sisa ex Batalyon-426 dengan DI/TII di daerah GBN maka DI/TII di daerah Tegal-Brebes mulai menyusun kekuatan baru sehingga situasi GBN makin gawat lagi. Untuk mengatasi hal ini maka timbul ide dari Letkol A. Yani selaku Komandan GBN untuk membentuk pasukan pemukul yang diberi nama Banteng Raiders (BR).


Banteng Raider, Photo via google

Berdirinya Banteng Raiders

Pada awal tahun 1952 disusun pasukan BR dengan kekuatan 2 Kompi. Komandan Kompi-I Kapten Yasir Hadibroto dan Komandan Kompi-I Kapten Poedjadi dan dikirim ke BTC Purworejo untuk dilatih. Kemudian baru pada bulan Juni 1952 pasukan BR dikirim ke GBN untuk melakukan tugasnya.

Dengan dibentuknya BR gerakan Operasi GBN mulai ditingkatkan lagi, akibatnya tekanan yang terus-menerus dilakukan oleh Komando Operasi GBN maka DI/TII mengalami kerugian yang tidak sedikit dan akhirnya DI/TII memusatkan pertahanannya di Semedo perbatasan Tegal Pemalang dan tempat inilah tempat markas DI/TII, karena disamping medannya yang sulit dijangkau oleh Operasi juga pertahanan mereka dibuat sangat kuat.

Dilancarkannya Operasi Guntur

Dari pihak TNI sendiri pada tanggal 5 Nopember 1952 selama 3 hari gagal menyerang Semedo. Kemudian baru pada tanggal 9 Nopember 1952 selama 3 hari dengan kekuatan 1 Batalyon dan 2 Kompi BR dibantu oleh senjata bantuan dan AURI, Semedo berhasil dihancurkan. Guna lebih mengintensifkan penghancuran DI/TII serta menahan bahkan menggagalkan sama sekali usaha expansi maka Letkol M. Bahrun selaku Panglima TT IV/Divisi Diponegoro dengan surat Keputusan No. A-54/KPTS/IV/1954. tanggal 26 Mei 1954 melancarkan operasi 'Guntur".

Operasi Guntur ini dipimpin oleh Letkol A. Yani dan untuk sementara Komandan operasi GBN  dipegang oleh Komandan RI 12 Letkol Suharto. Operasi Guntur berhasil dengan memuaskan musuh gagal total dalam melakukan "Gerakan kembali ketimur" bahkan mengalami kerugian yang tidak sedikit, sedang sisa-sisa mereka kembali ke daerah GBN. Akhirnya berdasarkan Perintah Operasi GBN No. 42/PO/GBN./1954 tanggal 30 Nopember 1954 operasi Guntur dinyatakan selesai.

Dengan berakhirnya operasi Guntur bukanlah berarti operasi di daerah GBN ini selesai. Operasi di daerah GBN terus dilancarkarn dengan sistim blokade Ekonomi terhadap DI/TII. Musuh belum juga mau menyerah bahkan tetap melakukan perang urat syaraf dan gerilya.

Berdasarkan Surat Keputusan Panglima TT IV No. KPTS/01/7/1956. Tanggal 11 Juli 1956 Komando Operasi GBN yang semula merupakan POSKO RI 12 secara permanen ditarik menjadi TT IV dan GBN di serahkan dari Letkol A. Yani kepada Letkol Pranoto. Operasi GBN terus dilakukan, namun perubahan situasi yang menonjol tidak begitu nampak. Operasi GBN secara bertahap berubah sifatnya dari Operasi Tempur menjadi operasi Teritorial.

Sejak tanggal 20 Mei 1958 Komando Operasi GBN ditetapkan statusnya menjadi Korem Pekalongan dan Staf Korem berkedudukan di Slawi - Tegal.

Baca juga:
Penumpasan DI/TII di Jawa Tengah | Komando Operasi Gerakan Banteng Nasional-GBN
Penumpasan DI/TII di Jawa Tengah | Penumpasan Pemberontakan Angkatan Oemat Islam (AOI) di Kebumen.
Penumpasan DI/TII di Jawa Tengah | Penumpasan Pemberontakan Batalyon Yon-426
Operasi Merdeka - Mengungkap Peranan Yon 432 dalam Penumpasan Pemberontakan Permesta

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak